Bismillah..
Hari Selasa, 27 Mei 2025 lalu, saya mengikuti kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus di kecamatan tempat saya mengajar. Banyak hal bermanfaat yang saya dapatkan dari kegiatan ini, dan saya merasa penting untuk membagikannya kepada rekan-rekan guru lainnya.
Kegiatan KKG kali ini diisi dengan pengimbasan Bimtek Konvensi Hak Anak, yang disampaikan oleh Ibu Winarsih, S.Pd., M.Pd. Beliau mewakili kecamatan kami dalam mengikuti Bimtek yang diselenggarakan oleh DP3AP2KB Provinsi Jawa Tengah (Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana).
Dari total empat poin materi yang beliau dapatkan saat bimtek, karena keterbatasan waktu, hanya satu yang disampaikan: yaitu Penerapan Disiplin Positif dalam Pengasuhan Anak.
Di awal sesi, saya langsung tertegun oleh satu pernyataan yang sangat membekas:
Perlakuan yang kita dapatkan saat kecil terrekam dan berdampak pada saat dewasa.
Entah itu pengalaman yang menyenangkan atau menyakitkan, semua bisa meninggalkan bekas di hati. Dan sebagai guru, kita adalah orang dewasa yang setiap hari hadir dalam kehidupan anak-anak. Maka, apa yang kita lakukan, menyapa dengan senyum, mendengarkan curhatan mereka, atau bahkan hanya memberi pujian yang tulus, bisa jadi sesuatu yang akan mereka ingat seumur hidup.
Kita ini bukan sekadar pengajar materi. Kita sedang membantu anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, punya empati, dan siap menghadapi dunia. Maka, yuk, jadi guru yang bukan hanya pintar menyampaikan pelajaran, tapi juga hadir dengan hangat dan sepenuh hati.
~~~
Pernah nggak sih, kita sebagai orang tua atau guru, merasa kesal banget karena anak berulah? Kadang kita refleks marah, ngomel, atau kasih hukuman. Tapi... apakah cara itu benar-benar efektif?
Yuk, kenalan dengan pendekatan Disiplin Positif — cara mendidik anak yang lebih lembut, tapi tetap tegas dan penuh makna!
Semua Perilaku Anak Ada Alasannya
Anak itu punya alasan dan tujuan kenapa mereka bertingkah laku seperti itu. Bisa jadi mereka lagi butuh perhatian, sedang merasa nggak mampu, atau cuma ingin menunjukkan bahwa mereka juga punya kendali atas hidup mereka.
Dan sayangnya... respon kita sebagai orang dewasa juga dipengaruhi oleh pengalaman dan emosi kita sendiri. Jadi penting banget untuk belajar mengenali diri sendiri juga.
Kenapa Anak Bisa Berperilaku “Nggak Baik”?
Bisa jadi karena:
- Ingin diperhatikan.
- Merasa tidak dihargai.
- Ingin menunjukkan bahwa mereka juga punya kuasa.
- Atau merasa nggak mampu dan takut gagal.
Jadi, kalau anak mulai berulah, jangan buru-buru marah. Coba tanyakan: "Apa yang sebenarnya sedang dia butuhkan?"
Stop Dulu Menasehati, Menghukum, atau Membiarkan
Tiga respons yang sering kita lakukan terhaap perilaku anak yang kurang baik:
- Menasehati (panjang lebar tapi anak malah bengong),
- Menghukum (bikin mereka takut tapi bukan paham),
- Atau malah membiarkan (karena udah capek? 😅)
Ternyata... semua itu nggak cukup efektif lho. Bisa jadi malah memperburuk perilaku anak.
Lalu Gimana Dong? Yuk Coba Disiplin Positif!
Disiplin positif itu bukan berarti membiarkan anak bebas sebebas-bebasnya. Justru sebaliknya, kita mengajarkan anak untuk mengontrol diri dan bertanggung jawab atas tindakannya, dengan penuh kasih dan penghargaan.
Bukan karena takut, tapi karena sadar.
Yuk, Kita Bongkar Mitos Hukuman!
Beberapa mitos yang masih sering kita dengar:
- “Anak harus dihukum biar nurut.”
- “Saya dulu juga dihukum, dan saya baik-baik aja.”
- “Hukuman itu tanda sayang.”
Faktanya? Hukuman cuma bikin anak taat kalau diawasi. Tapi saat nggak ada yang lihat, mereka bisa ngelakuin lagi. Dan parahnya lagi, hukuman bisa mewariskan pola kekerasan dari generasi ke generasi 😞
4 Kunci Utama Disiplin Positif
- Kenali dan pahami perkembangan anak.
- Pahami alasan di balik perilaku “nakal”.
- Berikan konsekuensi logis, bukan hukuman.
- Dorong dan beri penguatan positif.
Mari Jadi Guru yang Membekas di Hati Anak
Menjadi guru bukan hanya soal mengajar, tapi juga tentang meninggalkan jejak kebaikan di hati anak-anak. Disiplin positif bukan berarti membiarkan, tapi justru cara mendidik yang lebih mendalam, yang membuat anak merasa dihargai dan didengarkan.
Yuk, kita mulai dari diri kita sendiri. Jadi guru yang sabar, hangat, dan hadir penuh. Siapa tahu, dari kitalah mereka belajar tentang cinta, empati, dan menjadi manusia yang baik.

0 Komentar